3 Kali Gagal Menjadi Seorang Polri, Perjuangan Mahasiswa UBHARA Ini Akhirnya Tidak Sia-Sia

Sidoarjo - Menjadi polisi tidaklah mudah, terlebih lagi bagi Mochammad Rifanda Rafiqin yang bertugas sembari berkuliah. Mahasiswa Universitas Bhayangkara Surabaya yang duduk di bangku kuliah semester 6 ini memilih untuk melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi sembari bertugas sebagai Abdi Negara demi wujudkan cita-citanya yang ditujukan untuk sang orang tua tercinta. Saat ini Rafi bertugas di Polres Probolinggo sebagai Brigadir Polisi Dua (Bripda). 

Rafi mengaku keinginannya menjadi polisi ini termotivasi oleh sang ayah yang notabenenya adalah seorang Polisi. Selain itu, lelaki asal Sidoarjo ini mengaku ingin mencari pekerjaan yang dapat mengangkat derajat orang tuanya. 

“Yang pertama saya ingin mengabdi kepada negara, yang kedua ayah saya adalah seorang anggota polisi juga. Ketika saya melihat beliau pulang tugas itu jadi ngerasa ingin melanjutkan jejak karir beliau. Jadi saya ingin menjadi anggota Polisi itu juga karena ayah saya. Lalu yang ketiga saya juga mencari pekerjaan yang bisa mengangkat derajat kedua orang tua saya” kata Rafi, Kamis (21/3/2024).

Namun nyatanya tidak semudah itu, sebelumnya Rafi sempat mendaftar sebagai anggota Polisi 4 kali dari tahun 2019 hingga 2022 dan selama itu juga dia pernah gagal 3 kali di bagian kesehatan dan juga perankingan.

“Saya 3 kali gagal itu yang pertama kan karena masalah kesehatan. Saya juga sempat operasi mata untuk membenahi mata saya yang silinder. Nah terus yang kedua dan ketiga itu gagal di perankingan” tambah Rafi.

Lalu di kali keempat atas hasil jerih payahnya Rafi berhasil lolos tes pada tahun 2022. Saat itu Rafi masih duduk di bangku kuliah semester 5, sehingga dia memutuskan mengambil cuti setahun untuk melanjutkan pendidikan Polri di Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Timur.

“Saya waktu jadi polisi itu sudah semester 5, lalu ambil cuti setahun untuk pendidikan Polri. Soalnya pendidikan saya itu selama 5 bulan. Penempatan pertama itu kan di Polda Jawa Timur, nah di situ selama kurang lebih yaa 5 bulanan lah. Kalau di Polda itu sendiri awalnya belum bisa untuk keluar - keluar, belum bisa untuk kuliah, akhirnya saya melanjutkan kuliah di penempatan kedua saya, yaitu di Polres Probolinggo ini” ungkapnya.

Di sela-sela kesibukannya sebagai seorang polisi, lelaki berkulit sawo matang ini berusaha menyempatkan waktunya untuk hadir berkuliah. Dia memilih untuk mengambil kelas malam agar tidak bentrok dengan jam kerjanya. Terkadang Rafi mengaku kesulitan untuk membagi waktu jika ada tugas kuliah yang bersamaan dengan jam nya bertugas. 
 
“Kesulitannya itu jika ada tugas pengamanan bersamaan dengan tugas kuliah. Saya sulit untuk membagi waktu. Karena keduanya juga sama-sama penting, kerjaan penting, kuliah juga penting” ucap Rafi.

Di balik impiannya itu, tentu ada suka duka terutama saat mendaftar untuk menjadi anggota Polri. Rafi mengatakan tidaklah mudah baginya dan banyak tahapan yang harus ditempuh sebelum menjadi anggota Polri.

“Saya itu dulu les kan di berbagai bimbel yang saya temui di sosial media dan minta tolong juga ke teman-teman untuk mencarikan tempat bimbel yang kemungkinan bisa meloloskan, dalam artian kayak soal nya itu mungkin sama di tempat bimbel itu. Jadi saya berlatih di tempat bimbel tersebut. Selain itu saya juga bimbingan jasmani di daerah Kodam dengan pelatih saya dari TNI AD. Setiap hari latihan dari jam 3 sore sampai jam 5 sore.” jelasnya.

Tumbuh di keluarga yang sederhana membuat Rafi ingin terus berusaha untuk membanggakan orang tuanya. Terlebih lagi Rafi memutuskan untuk kuliah demi kedua orang tuanya. Oleh karena itu, keluarganya begitu bahagia ketika Rafi dinyatakan lulus tes seleksi anggota Polri. 

"Yaa reaksi orang tua saya seneng begitu.. bersyukur anaknya bisa masuk Polisi, dan itu suatu kebanggaan lah bagi saya sendiri. Cita-cita saya hampir tercapai menjadi angota Polri untuk mengabdi kepada negara" ucapnya. 

Akan tetapi Rafi mengakatan bahwa terkadang dia merasa sedih jika teringat akan perjuangannya sebelum lolos tes beberapa tahun yang lalu. Ketika teman seperjuangannya satu persatu dinyatakan lolos, namun Rafi masih harus berjuang kembali untuk mendapatkan gelar Polri tersebut.
 
“Sebelum bergabung angota Polri itu saya teringat masa-masa perjalanan yang kurang lebih sekitar 4 sampai 3 tahunan itu. Sedih sih kalau bayangin dulu itu. Kalau lihat teman yang sudah lolos tapi saya belum lolos itu sedih. Tapi yaa ada hikmahnya juga, saya jadi lebih rajin beribadah, rajin berdoa, dan bisa mandiri lah belajar-belajar apa gitu otodidak” ujarnya.
Namun dibalik itu semua, Rafi mengatakan dia menjadi belajar dari pengalaman sebelumnya. Dia juga mengaku sangat mencintai pekerjaannya bahkan rela menaruhkan nyawanya sendiri demi membela negara serta untuk membuat kedua orang tuanya bangga kepadanya.  

“Kalau sesudah bergabung itu yaaa saya terapin semuanya, yang saya alamin pas sebelum jadi anggota Polisi, seperti kehidupan mandiri saya dan jadi lebih bertanggung jawab, lebih terpacu lah untuk masuk ke dunia kepolisian. Saya ingin lebih bisa menganalisis masyarakat itu bagaimana, ya itu sih.. saya bangganya disitu. Jadi bisa mengayomi masyarakat juga. Karena saya sadar, saya sudah milik negara dan pekerjaan yang saya lakukan ini demi orang tua saya. Saya ingin mereka bangga” tutupnya.

Komentar